Jakarta, Makinnews.com- Hasil survei Lembaga Kajian Politik Indonesia (LKPI) menunjukan tingkat elektabilitas petahana pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur nomor urut 2 Khofifah Indar Parawansa–Emil Dardak kalah oleh Paslon nomor urut 3 Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) dengan tingkat Elektabilitas 45,7 persen dan hasil pilihan responden secara Top of Mind untuk pasangan petahana hanya sebesar 33,2 persen berdasar hasil Survei terbaru Pilgub Jawa Timur 2024, Kemudian diurutan Ketiga Paslon nomor urut 1 Luluk Nur Hamidah-Lukmanuk Khakim dengan 9,3 persen dan yang Tidak Memberikan Pilihan sebanyak 11,8 persen.
Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Politik Indonesia (LKPI), Togu Lubis kepada wartawan pada Selasa, (1/10/2024). Ia jelaskan, begitu pula ketika digunakan simulasi nomor urut dan gambar paslon yang ada kertas kuisioner di saat penarikan sampel hasilnya Paslon nomor urut 3 Tri Rismaharini–Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) meningkat tingkat Elektabilitasnya mencapai 49,8 persen sedangkan untuk Paslon Petahana nomor urut 2 Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak dengan prosentase Tingkat Elektabilitas sebesar 36,2 persen dan untuk paslon nomor urut 1 Luluk Nur Hamidah-Lukmanuk Khakim dengan tingkat Elektabilitas sebesar 9,8 persen dan yang tidak memberikan jawaban sebanyak 4,2 persen.
“Hasil Survei terkait angka prosentase Tingkat Keterkenalan dan Kesukaan serta penerimaan Ketiga Paslon Kepala Daerah Jawa Timur Paslon petahana nomor urut 2 Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak Tingkat keterkenalannya mencapai 88,7 persen dan Tingkat Kesukaan serta Penerimaan oleh masyarakat Jawa Timur mencapai 67,9 persen, Sementara untuk Paslon nomor urut 3 Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) meningkat Tingkat Keterkenalannya dimasyarakat Jawa Timur mencapai 86,8 persen dan Tingkat Kesukaan dan Penerimaan oleh masyarakat Jawa Timur mencapai 87,4 persen, Kemudian untuk Paslon nomor urut 1 Luluk Nur Hamidah-Lukmanuk Khakim dengan tingkat Keterkenalan mencapai 50,8% dan Tingkat Kesukaan dan Penerimaan mencapai 37,8 persen,” papar Togu.
“Rendahnya Tingkat Keterpilihan Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak membuktikan bahwa Tingkat Keterkenalan tidak menjamin pada tinggi Tingkat Elektabilitas jika Tingkat Kesukaan dan Penerimaan masyarakat dibawah nilai prosentase dari Tingkat Keterkenalan paslon Kepala Daerah,” ucap Togu.
Begitu juga dengan rendahnya Tingkat Elektabilitas Petahana Pasangan Calon nomor urut 2 Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak memiliki korelasi dengan Approval rating mereka selama memimpin di Jawa Timur dimana hasil Survei menunjukan Bahwa hanya sebesar 40,8 persen masyarakat Jawa Timur yang Puas dengan kinerja Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak selama Lima tahun memimpin Jawa Timur dan yang tidak puas sebanyak 56,8 Persen dan selebihnya 2,4 Persen tidak memberikan pendapatnya.
Ada berapa faktor yang menjadi penyebab utama kekalahan Calon Kepala Daerah Jawa Timur Petahana Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak.
Dimana dalam konteks Pilkada kini semakin banyak pemilih rasional. Lebih melihat pada kinerja calon kepala daerah petahana selama menjabat.
Pemilih rasional menilai, Ada ketidak konsistenan Calon Petahana dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya selama Lima tahun. Artinya Petahana gagal menjaga basis massanya.
Konstituennya yang pernah memenangkannya saat pilkada Lima tahun sebelumnya. Faktor lainnya penyebab rendahnya Elektabilitas Petahana karena selama masa Pandemi Covid-19 masyarakat Jawa Timur berharap bisa keluar dari kesulitan berbagai aspek kehidupan terutama aspek ekonomi keluarga masyarakat Jawa Timur yang menurun. Namun Calon Petahana gagal memenuhi harapan warganya untuk bisa merecovery ekonomi keluarga masyarakat Jawa Timur untuk kembali meningkat untuk memenuhi keperluan rumah tangganya, Hal ini tercermin dari hasil Survei sebanyaknya 64,8 Persen responden menyatakan keadaan ekonomi selama Lima tahun terakhir sulit dan menurun serta sulit mencari pekerjaan.
Ini menunjukan Program kerja Petahana tidak membantu masyarakat keluar dari kesulitan di tengah pandemi. Situasi itu menyebabkan masyarakat berpikir rasional dan beralih ke kandidat lainnya.
Sementara Program-program Bansos yang dijalankan pemerintahan Jokowi oleh Kementerian Sosial yang dipimpin oleh Tri Rismaharini banyak memberikan dampak pada ekonomi keluarga masyarakat.
Kemudian faktor rendahnya Elektabilitas Petahana Khofifah Indar Parawansa -Emil Dardak juga ada korelasi yang kuat dari pernyataan sebesar 78,8 Persen Bahwa selama Lima tahun memimpin Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak dianggap gagal menciptakan pemerintahan yang bersih dari Korupsi, Dimana salah satunya korupsi suap pengurusan Dana hibah untuk Kelompok Masyarakat dari APBD Provinsi Jawa Timur (Jatim) untuk tahun anggaran 2019–2022. Apalagi dalam kasus ini KPK berhasil membawa 3 koper usai geledah ruang kerja Khofifah dan Emil Dardak.
Akibatnya masyarakat Jawa Timur berpikir bahwa kalau KPK sudah mengeledah ruangan Gubernur dan Wakil Gubernur serta Sekdanya dipastikan lambat laun akan adanya dugaan sebagai pelaku Korupsi juga, Apalagi pelaku korupsi dari Dana Hibah untuk Kelompok Masyarakat dari APBD Provinsi Jawa Timur sudah banyak yang di vonis hukuman penjara oleh pengadilan Tipikor.
Sedangkan Tingginya tingkat Elektabilitas Tri Rismaharini karena Risma memiliki investasi Sosial dan Elektoral yang cukup untuk mengalahkan Khofifah, Karena pernah lama sebagai Wali Kota Surabaya Dua Periode, Kemudian sebagai Menteri Sosial yang dinilai sangat berhasil dalam Program- programnya bagi masyarakat saat Pandemi Covid-19 mewabah.
Menurut Togu Lubis Survei LKPI ini melibatkan 1.800 Responden Populasi DPT Jawa Timur Sebesar 31.280.418 Orang yang tersebar diseluruh Kabupaten dan Kota di Jawa Timur. Penarikan Sampel menggunakan Metode Multistage Random Sampling.
“Pelaksanaan Survei ini dilakukan pada tanggal 14-26 September 2024 dan memiliki toleransi kesalahan (Margin of Error) sekitar 2,31 Persen pada Tingkat Kepercayaan sebesar 95 Persen,” pungkas Togu Lubis.