JP Morgan Berikan Pandangan Terhadap Ekonomi dan Pasar Indonesia

Makinnews, Jakarta- Perusahaan jasa keuangan global terkemuka, JP Morgan, menegaskan kembali pandangan positifnya terhadap Indonesia dalam konferensi investor tahunannya yang diadakan di Jakarta.

Indonesia Forum dihadiri oleh para investor global dan beberapa perusahaan multinasional terbesar di Indonesia. Acara ini memberikan wawasan mengenai perkembangan ekonomi dan bisnis terkini di Indonesia serta pendorong pertumbuhan di masa depan, termasuk sektor-sektor utama seperti kendaraan listrik, infrastruktur kecerdasan buatan, layanan kesehatan, dan teknologi.

Bacaan Lainnya

Acara ini menghadirkan Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan RI, sebagai pembicara utama Forum. Pada kesempatan ini, beliau menyampaikan pidato mengenai reformasi kebijakan di bidang kesehatan dan peluang untuk berinvestasi di sektor ini.

“Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025 yang baru-baru ini diumumkan menjadi pertanda baik bagi perekonomian Indonesia,” kata Gioshia Ralie, Chief Executive Officer JP Morgan Indonesia.

Dengan disiplin fiskal yang dipertahankan, serta keselarasan antara tim ekonomi yang akan mengakhiri dan memulai masa jabatan mereka, kita akan melihat arus masuk yang positif ke pasar obligasi dan saham, yang akan menguntungkan sektor perbankan, pendidikan, dan kesehatan.

“J.P. Morgan telah beroperasi di Indonesia selama 56 tahun dan kami tetap berkomitmen pada pasar yang menarik ini,” tutup Gioshia.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia (APBN) 2025

● Secara keseluruhan, J.P. Morgan memiliki pandangan positif terhadap APBN 2025 dari
sudut pandang makro top-down – disiplin fiskal tetap terjaga; J.P Morgan melihat
adanya sinkronisasi yang baik antara pemerintah yang sedang menyelesaikan masa
jabatannya dengan pemerintah yang akan menggantikan.
● Hal ini akan mengarah pada arus masuk yang positif ke pasar obligasi dan saham,
menguntungkan bank dari sisi arus modal dan likuiditas, dan sektor-sektor seperti
pendidikan dan kesehatan.
● Beberapa sorotan utama:

1) Defisit fiskal diproyeksikan sebesar 2,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada
tahun 2025, turun dari 2,7% yang diproyeksikan pada tahun 2024 (hal ini positif karena menunjukkan bahwa pemerintah telah berkomitmen untuk menjaga disiplin fiskal);
2) Program ‘makan siang gratis’ yang baru dari Prabowo dianggarkan sebesar Rp71
triliun (US$4,4 miliar), sekitar 0,3% dari PDB. Angka ini lebih rendah dari ekspektasi
awal pasar yang mencapai 2% dari PDB, yang membantu meredakan kekhawatiran
pasar;
3) Belanja pemerintah untuk program bantuan sosial (Bansos) sebesar US$19 miliar (US$9 miliar) diperkirakan akan tetap atau sedikit menurun (-3% menjadi 0% YoY) pada tahun 2025, yang mengimplikasikan prospek konsumsi masyarakat secara keseluruhan akan melemah, meskipun beberapa segmen makanan dan produk olahannya dapat memperoleh manfaat dari program makan siang gratis;
4) Anggaran infrastruktur diperkirakan akan turun 5% YoY menjadi US$26 miliar, dengan pengurangan anggaran untuk ibu kota baru, yang mengimplikasikan ketergantungan yang lebih besar pada investasi sektor swasta; dan
5) Pendidikan dan Kesehatan tetap menjadi prioritas utama dengan anggaran sebesar
US$45 miliar/US$12 miliar pada tahun 2025, masing-masing naik 24%/5% YoY.

Pertumbuhan Ekonomi

● Dengan inflasi yang terkendali, RAPBN memproyeksikan sedikit akselerasi pertumbuhan PDB menjadi 5,2% pada tahun 2025, naik dari 5,1% yang diproyeksikan untuk tahun 2024.
● Inflasi diperkirakan turun menjadi 2,5% pada tahun 2025F vs 2,7% yang diproyeksikan pada tahun 2024.
● Anggaran tersebut menguraikan kenaikan 18% YoY untuk subsidi energi dan kompensasi, yang akan membantu menjaga inflasi mengingat harga bahan bakar dan
listrik seharusnya terkendali dengan baik.
● J.P. Morgan percaya bahwa asumsi imbal hasil obligasi Rupiah dan 10 tahun cukup
konservatif yaitu Rp16.100/US$ (sekarang Rp15.700/US$) dan 7,1% (sekarang 6,7%).
● Penerapan cukai minuman manis/minuman berpemanis yang baru dapat berdampak positif dalam jangka panjang dari sisi penerimaan pajak dan kesehatan.
● J.P. Morgan juga optimis terhadap investasi sektor swasta di bidang kesehatan setelah RUU reformasi layanan kesehatan diimplementasikan tahun lalu.

Pasar Saham dan Penurunan Suku Bunga

● J.P. Morgan menekankan kembali pandangan positif terhadap pasar saham Indonesia.
● IHSG saat ini mencapai level tertinggi sepanjang masa, dibantu oleh Rupiah yang
menguat.
● Sejak bulan Juni, J.P. Morgan melihat kembalinya aliran dana asing yang
menggembirakan sekitar USD600 juta. Kendati demikian, angka ini masih lebih kecil dari total arus keluar dana asing sekitar USD1,7 miliar dari bulan April hingga Mei. Oleh karena itu, mungkin akan ada lebih banyak aliran dana yang akan datang.
● Katalis jangka pendek: Pemangkasan suku bunga The Fed, kemungkinan di bulan
September, akan menguntungkan Indonesia dari sisi arus modal dan likuiditas. J.P.
Morgan memperkirakan Bank Indonesia akan memangkas 50 bps pada bulan
September-Desember tahun ini dan 50 bps lagi pada semester satu 2025.
● J.P. Morgan percaya bahwa sektor-sektor yang sensitif terhad ap suku bunga seperti
bank, properti, dan otomotif akan mendapatkan keuntungan dari potensi pelonggaran moneter. Meskipun sebagian besar bank di Indonesia tidak akan mengalami ekspansi Net Interest Margin (NIM) selama siklus penurunan suku bunga, J.P. Morgan meyakini bahwa bank-bank tersebut dapat memperoleh manfaat dari peningkatan likuiditas dan arus modal. JP Morgan juga percaya bahwa aset-aset berdurasi panjang seperti perusahaan berbasis internet dan bank digital dapat menjadi penerima manfaat dari tren
suku bunga yang lebih rendah.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *