Jakarta, Makinnews.com- Pasangan calon (paslon) gubernur dan wakil gubernur Jakarta nomor urut 1, Ridwan Kamil-Suswono, berdasarkan hasil hitung cepat atau quick count sejumlah lembaga survei, Ridwan Kamil-Suswono menempati posisi kedua pada Pilkada Jakarta 2024, di bawah paslon nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno.
Masyarakat Jakarta yang kini sudah terbilang cerdas dalam menentukan pilihan, menjadi salah satu penyebab suara Ridwan Kamil-Suswono menjadi tergerus.
Beberapa informasi juga menyampaikan mesin partai mereka tak maksimal, kemudian soal dukungan suporter The Jakmania kepada lawan politiknya.
Tak terkecuali soal pernyataan blunder Suswono yang berdampak pada elektabilitas pasangan tersebut. Padahal, Ridwan Kamil-Suswono diusung koalisi partai besar yang dinamai Koalisi Indonesia Maju (KIM Plus).
Ketua Ormas Betawi Bangkit David Darmawan, yang sebelumnya sangat mengecam atas pernyataan Suswono karena dinilai sudah mencederai umat Islam, yang mengaitkan Rasulullah seorang pemuda pengangguran yang dinikahi janda kaya Khadijah.
David menegaskan, “hasil Pilkada Jakarta merupakan sebagai peringatan agar kita senantiasa menjaga ucapan dan tindakan. Ibarat pepatah, jangan sampai karena nila setitik, rusak susu sebelanga,” ucap David dalam pesannya, Senin (2/12/2024).
Jadi, sambung pria yang berada di garda terdepan dalam melaporkan Suswono menyebut, tidak heran jika ucapan-ucapan itu berbuntut pada kekalahan telak mereka, proses hukum atas dugaan penistaan agama, dan reputasi partai mereka sebagai partai Islam berada di ujung tanduk.
“Pernikahan Nabi Muhammad dengan Siti Khadijah RA adalah simbol kemuliaan cinta, kepercayaan, dan saling mendukung dalam menjalankan dakwah. Sedangkan untuk status janda di masyarakat Betawi, adalah simbol ketegaran, bukan aib. Perempuan yang menjanda sering kali dihormati sebagai individu yang kuat, mandiri, dan tetap menjalankan perannya dalam keluarga dan masyarakat,” jelas David.
Pria asli Betawi itu juga menyatakan, bahwa kekalahan Ridwan Kamil-Suswono dari pasangan Pramono Anung-Rano Karno merupakan bukti bahwa siapa yang menabur ialah yang akan menuai.
“Dalam budaya Betawi, itu disebut kuwalat. Kuwalat adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan konsekuensi atas perilaku yang melanggar nilai-nilai luhur,” pungkasnya.